PROFIL
Berkenalan Dengan Dewi Soran
Desa Wisata Soran adalah desa wisata yang menawarkan kekayaan berupa keindahan alam, kebudayaan, dan tradisi lokal sebagai nilai keistimewaan yang dimiliki desa ini. Di Desa Wisata Soran para pengunjung bisa memanfaatkan fasilitas paket wisata, yaitu belajar dan mempraktikkan cara bertanam, berkesenian, dan melakukan berbagai kebiasaan yang sudah menjadi tradisi masyarakat setempat. Kearifan lokal yang berpadu dengan nuansa desa yang masih alami menjadi daya tarik yang ditawarkan di desa ini. Maka tidak berlebihan jika Anda disarankan untuk singgah di Desa Wisata Soran (Dewi Soran).
Dewi Soran terletak di Desa Duwet, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Klaten, Propinsi Jawa Tengah, 5 km di sebelah utara pusat kota Klaten. Hanya memerlukan waktu 10 menit menempuh perjalanan dengan menggunakan kendaraan bermotor. Akses jalan yang sudah dibangun dengan baik memudahkan mobilitas warga desa dalam melaksanakan aktivitas keseharian mereka dan juga memudahkan warga dari luar desa untuk masuk ke Desa Duwet.
Desa Duwet sendiri memiliki luas 94,18 Ha yang terbagi menjadi lima dusun, yaitu dusun Duwet, dusun Soran, dusun Babrik, dusun Salamrejo, dusun Mangsuran dan dusun Josuman, dusun Kopek, dusun Ngemplak. Wilayah desa ini dibatasi oleh Desa Gatak di sebelah timur, Desa Karang Lo di sebelah selatan, Desa Demak Ijo di sebelah barat, dan Desa Mranggen di sebelah utara.
Sebagian besar wilayah Desa Duwet difungsikan untuk areal pertanian, sedangkan sebagian lainnya sebagai lahan perladangan.
Terbukanya pintu pariwisata di Desa Wisata Soran tak lepas dari keterampilan yang dimiliki oleh penduduk desa. Penduduk Desa Wisata Soran yang mayoritas berprofesi sebagai petani, ternyata juga memiliki keahlian lainnya, yaitu keahlian seni. Seniman pertunjukan seperti wayang kulit, jathilan, hingga karawitan.
Sejarah Desa
Asal-usul Desa Duwet ternyata mempunyai keterkaitan yang erat dengan perjuangan Pangeran Diponegoro, seorang pangeran yang berasal dari Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat, ketika berusaha mengusir penjajah Belanda yang dikenal dengan nama Perang Jawa (1825-1830)[1]. Konon cerita, Desa Duwet dibangun oleh para pelarian dari pasukan Pangeran Diponegoro yang lari ke arah timur (ke arah Klaten). Pelarian tersebut dipimpin oleh Joyokusumo.
Selama masa pelarian ke arah timur tersebut, Joyokusumo singgah di beberapa tempat, salah satunya di Desa Duwet. Beberapa anak buah nya ada yang kemudian menetap di tempat-tempat persinggahan tersebut.Dusun Soran didasarkan oleh seorang tokoh yang bernama Kyai Suro. Oleh keraton solo atas perjuangannya dan ketokohannya kemudian diberikan tanah (tanah perdikan), sebagai tempat untuk persinggahan. Nama Dusun Mangsuran konon berasal dari salah satu pejuang Pangeran Diponegoro bernama Kyai Mangsur yang tewas di dusun ini dan dimakamkan di situ juga sehingga daerahnya kini disebut Mangsuran. Makam Kyai Mangsur saat ini masih dapat disaksikan berada di Dusun Mangsuran.
Dusun Soran kemudian menjadi daerah yang termasuk ke dalam wilayah Desa Duwet. Perkembangan selanjutnya, Desa Duwet berhasil dikembangkan menjadi desa wisata di wilayah Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah. Upaya ini berhasil ditempuh karena Desa Duwet memiliki kekayaan alam dan kebudayaan yang bisa dikemas menjadi beberapa paket wisata sehingga menarik minat para wisatawan untuk mengunjunginya.
Oleh para pendirinya desa wisata ini diberi nama Desa Wisata Soran (Dewi Soran). Kata ‘SORAN’ sendiri memiliki makna: S – Spirit (semangat), O – Organized (terorganisir), R – Responsibility (tanggung jawab), A – Attitude (sikap), N – Nobel (penghargaan)[2]. Penyematan makna pada kata Soran tersebut mencerminkan nilai-nilai yang ingin dibawa oleh Dewi Soran dalam setiap gerak dan langkahnya.
[1] Sumber informasi dari cerita para sesepuh
[2] Dr. Wiryanto salah satu pendiri Yayasan Soran yang memberikan makna dari singkatan SORAN, Spirit, Organized, Responsibility, Attitude, Nobel.
Comments
Post a Comment